top of page
Search

Juknis Urban Farming

  • bppcimahi
  • May 9, 2021
  • 10 min read





PETUNJUK TEKNIS

PELAKSANAAN PERTANIAN PERKOTAAN

(URBAN FARMING) DI KOTA CIMAHI










DINAS PANGAN DAN PERTANIAN KOTA CIMAHI

JL. Raden Demanghardjakusumah Cimahi






KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan buku “Pedoman Pelaksanaan Pertanian Perkotaan (Urban Farming)”. Dalam penerapan program pertanian perkotaan, masyarakat diajak untuk menoptimalkan lahan yang terbatas sebagai media budidaya pertanian.

Untuk memberikan acuan bagi masyarakat perkotaan dalam menerapkan urban farming, maka Dinas Pangan dan Pertanian Kota Cimahi telah menyusun “Panduan Pelaksanaan Pertanian Perkotaan (Urban Farming)”.

Semoga buku panduan ini dapat memberikan manfaat positif dalam pelaksanaan pertanian perkotaan khususnya bagi masyarakat Kota Cimahi. Wassalamualaikum Warahmatullhi Wabarkatuuh.

Cimahi, Januari 2018












BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan urban farming adalah sebuah pengembangan konsep dari pertanian konvensional ke pertanian perkotaan. Hal ini mengingat bahwa ketersediaan lahan di perkotaan yang sangat terbatas, maka pengembangan pemberdayaan pertanian perkotaan (urban farming) menjadi salah satu alternatif untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Manfaat dari penerapan urban farming bagi penduduk di perkotaan adalah sebagai alternatif lapangan pekerjaan dan penyediaan pangan bagi penduduk. Urban farming dapat menjadi salah satu komponen dalam pencapaian pemenuhan pangan masyarakat yang berkelanjutan dan bila dapat direncanakan dengan baik dapat mendukung masalah ketahanan pangan.


Kegiatan urban farming dapat dikembangkan pada skala rumah tangga dengan memberdayakan peran serta masyarakat dalam mengelola sampah melalui urban farming. Manfaat yang diperoleh adalah mendapatkan hasil pertanian, baik itu tanaman sayur maupun tanaman hias yang ditanam oleh masyarakat, sehingga secara langsung masyarakat mendapatkan hasil pertanian yang dapat dikonsumsi untuk rumah tangga, maupun dapat menjual hasil pertanian jika memiliki produktivitas yang tinggi. Dalam rangka memaksimalkan praktek kegiatan urban farming pada skala rumah tangga maupun yang lebih besar, perlu adanya pedoman pelaksanaan pertanian perkotaan (urban farming) yang dapat dijadikan acuan bagi masyarakat perkotaan dalam melakukan pertanian perkotaan.



B. Tujuan

1. Memberikan petunjuk pelaksanaan pertanian perkotaan (urban farming) yang mudah diterapkan secara efektif dan efisien di wilayah perkotaan di Indonesia.

2. Mengurangi sampah dari sumbernya.

3. Meningkatkan pertanian organik di perkotaan.

4. Pemenuhan pangan keluarga.


C. Ruang Lingkup

1. Pengenalan urban farming.

2. Pelaksanaan urban farming.






















BAB II

PENGENALAN URBAN FARMING

Definisi Urban Farming Pertanian perkotaan (urban farming) adalah praktek budidaya, pemrosesan, dan distribusi bahan pangan di sekitar kota. Urban farming juga bisa melibatkan peternakan, budidaya perairan, wanatani, dan hortikultura (Rambe, 2014) 1 . Definisi urban farming menurut Food and Agriculture Organization (FAO), 2008 adalah sebuah industri yang memproduksi, memproses, dan memasarkan produk dan bahan bakar nabati, terutama dalam menanggapi permintaan harian konsumen di dalam perkotaan, yang menerapkan metode produksi intensif, memanfaatkan dan mendaur ulang sumber daya dan limbah perkotaan untuk menghasilkan beragam tanaman dan hewan ternak. Kelebihan urban farming bila dibandingkan dengan kegiatan pertanian pada umumnya adalah memiliki karakteristik khusus yaitu kedekatannya dengan pasar, memanfaatkan lahan terbatas, Selain itu, urban farming dapat menjadi model rekreasi, ekonomi dan kewirausahaan, penelitian, kesehatan dan kesejahteraan serta permulihan dan perbaikan lingkungan.







Gambar 1 Menunjukkan penerapan urban farming di rumah

tangga pada pemanfaatan lahan terbatas.




B. Perbedaan Urban Farming dan Pertanian Tradisional

Pertanian perkotaan (urban farming) dan pertanian tradisional (non urban) memiliki konsep yang sama dalam hal produksi pangan, yang membedakan adalah penggunaan lahan, transportasi, penggunaan pupuk, dan pengelolaan yang dianggap lebih sederhana. Pertanian urban dapat membantu dalam penghematan pengeluaran rumah tangga atau dalam skala lebih lanjut dapat memberikan tambahan pendapatan karena dilakukan dari lingkup terkecil yaitu skala rumah tangga, dengan memanfaatkan lahan sempit di rumah atau sekitar tempat tinggalnya untuk memproduksi sayuran dan buah yang dapat dikonsumsi rumah tangga atau dijual kembali. Selain itu, pertanian kota ini dapat memenuhi kebutuhan pangan keluarga secara langsung tanpa harus ke pasar atau supermarket. Pertanian kota dikatakan dapat memperpendek jarak antara produsen dan konsumen sehingga bahan pengawet dan proses tambahan tidak dibutuhkan. Hal ini membuat konsumen mendapatkan jaminan bahan pangan yang lebih segar.


Ada tiga langkah yang harus dilakukan agar proses urban farming dapat berjalan dengan lancar, yaitu:

1. Memberikan penyuluhan bagaimana caranya melakukan proses pertanian perkotaan dengan memberdayakan sumber daya yang ada di rumah tangga;

2. Peningkatan kualitas produk; dan

3. Pemahaman urban farming dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga dan distribusi ke swalayan untuk produk-produk layak jual.






C. Manfaat Urban Farming

Pelaksanaan urban farming dilakukan melalui pemanfaatan lahan tidur dan lahan kritis, pemanfaatan ruang terbuka hijau (privat dan publik), pengoptimalan kebun sekitar rumah, dan penggunaan ruang (verticulture).

Pelaksanaan urban farming adalah sebagai berikut:

1. Pemenuhan bahan pangan keluarga yang lebih segar,

2. Memberikan penghasilan tambahan bagi penduduk kota.

Beberapa keuntungan yang didapat dari pelaksanaan dari urban farming, yaitu:

1. Membantu memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Di wilayah padat penduduk, urban farming menjadi strategi yang tepat dalam upaya membantu rumah tangga ekonomi lemah dalam memperbaiki keamanan pangan dan asupan nutrisi anggota keluarga. Kegiatan ini dapat menjadi cara yang efisien dalam memerangi kelaparan dan malnutrisi karena mampu memfasilitasi akses untuk mendapatkan makanan.

2. Membuat lingkungan lebih sehat. Melalui langkah penghijauan, lingkungan dapat menjadi lebih sehat sekaligus mengurangi polusi udara. Makin banyak orang yang menerapkan urban farming, maka kualitas lingkungan dapat meningkat. Hasilnya, suatu wilayah dapat menjadi lebih sehat untuk ditinggali. Memperindah pemandangan. Hijaunya tanaman dapat membantu mempercantik lingkungan rumah dan menjauhkannya dari kesan gersang.

3. Mengurangi stres. Urban farming juga diyakini dapat mendukung proses relaksasi, serta memberikan ruang ketenangan di tengah padatnya populasi manusia.




BAB III

PELAKSANAAN URBAN

A. Karakteristik Urban Farming

Masyarakat yang melakukan kegiatan pertanian perkotaan juga dapat disebut dengan “petani”. Kata “urban” didefinisikan sebagai batas dari sebuah wilayah regulasi suatu kota dan tidak untuk menyiratkan kepadatan dari bangunan dari suatu wilayah. Pertanian perkotaan juga erat kaitannya dengan penyediaan bahan pangan sehat bagi masyarakat perkotaan yang semakin sadar akan kebutuhan makanan sehat, bebas dari penggunaan pestisida dan pupuk kimia. Pertanian perkotaan memanfaatkan ruang terbuka yang ada dan sangat dekat dengan aktivitas perkotaan. Perlengkapan yang digunakan dalam pertanian perkotaan juga relatif lebih sederhana dibandingkan dengan pertanian tradisional. Sehingga secara keseluruhan, meskipun hasil pertanian yang didapatkan lebih sedikit dibandingkan dengan pertanian tradisional, namun hasil produksi per satuan luas dari pertanian perkotaan lebih besar dibandingkan dengan pertanian tradisional apabila dilakukan secara massal. Pada pertanian perkotaan, petani urban akan lebih dekat “pasar” antar petani urban lainnya, yang memiliki kepedulian terhadap gerakan pertanian perkotaan yang dapat memudahkan para petani urban untuk saling berbagi ilmu mengenai pertanian urban dan bekerjasama antar pihak untuk memperluas informasi mengenai kegiatan pertanian urban (Lanarc, 2013).









B. Tantangan Pengembangan Urban Farming

Pada dasarnya proses kegiatan pertanian perkotaan terdiri atas: lahan dan akses terhadap lahan tersebut, produksi, proses dan distribusi, edukasi, dan pemulihan terhadap limbah. Tantangan pengembangan dalam pelaksanaan urban farming, antara lain:

1. Lahan dan akses lahan Pertanian perkotaan dapat dilakukan petani 17 urban hampir di seluruh lahan yang ditemukan dan lahan tersebut aman untuk dimanfaatkan. Lahan non pertanian yang dapat dimanfaatkan menjadi lahan pertanian adalah pekarangan rumah, halaman parkir, atap gedung, boulevard, dan lahan terbuka lainnya. Terdapat dua kunci tantangan untuk melindungi lahan yang dimanfaatkan untuk urban farming, yaitu adanya akses lahan yang dimanfaatkan dan kebijakan serta regulasi untuk mencegah penggunaan lahan non pertanian.

2. Jenis lahan untuk urban farming Lahan yang dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian perkotaan dapat diuraikan sebagai berikut: a. Pekarangan/Halaman Pemukiman Pemanfaatan lahan pada pemukiman tergantung komitmen dari pengembang dan pemilik rumah masing-masing.







Gambar 2. Lorong jalan (gang) perumahan yang

dimanfaatka untuk urban farming






b. Lahan terbuka (tempat parkir dan atap) Lahan parkir dan atap gedung biasanya dimiliki oleh swasta dan pemerintah, lahan yang dikembangkan menjadi lahan pertanian perkotaan biasanya bersifat sementara dan pemanfaatannya pada saat lahan tersebut masih dalam masa pakai.










Gambar 3. Atap rumah yang dimanfaatkan untuk urban farming


c. Taman dan ruang terbuka hijau

Lahan ini biasa dimiliki oleh pemerintah, swasta dan pengembang perumahan. Pengembangan pertanian perkotaan biasanya dijalankan oleh organisasi lokal yang mengawasi pengelolaan dan operasional dari pertanian tersebut untuk memastikan bahwa lahan tersebut berkembang sesuai dengan kebutuhan kota.
















Gambar 4. Taman yang dimanfaatkan untuk urban farming


d. Lahan institusi Lahan terbuka yang terdapat di lembagalembaga seperti rumah sakit, perguruan tinggi, dan lembaga lainnya baik pemerintah dan swasta. Ruang terbuka yang ada di lembaga/institusi tersebut biasanya dikembangkan menjadi ruang vertical garden untuk memberikan kenyamanan dan estetika, namun dalam pengembangan tanaman pangan masih belum dikembangkan lebih lanjut.








Gambar 5. Lahan institusi yang dimanfaatkan untuk urban farming


















e. Lahan pertanian

Lahan pertanian atau sawah yang terdapat di perkotaan. Lahan ini semakin berkurang dengan adanya alih fungsi lahan. Hal ini disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk yang membutuhkan lahan terbangun untuk pemukiman, perdagangan dan kawasan terbangun lainnya.








Gambar 6. Lahan pertanian yang dimanfaatkan urban farming.


f. Cara Membuat Urban Farming

Metode urban farming dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:

1. Taman mikro Taman mikro adalah menanam pohon dengan memanfaatkan ruang kecil yang ada di sekitar rumah kita seperti balkon, teras, atau atap rumah.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat urban farming dengan metode taman mikro.

a. Wadah tanaman Kita bisa menanam pohon di tanah langsung atau menggunakan wadah pot, botol, ember bekas, ban mobil bekas, atau media penampung lainnya.












Gambar 9 Ban bekas sebagai wadah tanaman










Gambar 10. Ember bekas sebagai wadah tanaman


b. Media penanaman

Media penanaman dapat menggunakan kompos atau tanah kebun. Kompos dibuat dengan mamanfaatkan sampah organik yang berasal dari rumah tangga, dengan teknologi sederhana seperti biopori atau takakura, sedangkan tanah kebun juga dapat digunakan dengan benda-benda substrat, seperti sekam padi, atau tanah laterit.







c. Pengairan

Untuk pengairan atau irigasi, kita bisa memanfaatkan air hujan atau air sisa yang masih layak. Air yang diperlukan untuk menyiram tanaman terbilang relatif sedikit. Untuk taman seluas satu meter persegi, hanya membutuhkan kurang dari tiga liter air per hari.


d. Tanaman Di taman mikro,

Kita bisa menanam berbagai sayuran siap saji, seperti kol, selada, mentimun, cabai, tomat, dan bawang. Sebagai variasi, coba tanamkan pula tanaman herbal, seperti kunyit, jahe, lengkuas, kencur, dan sebagainya. Studi yang dilakukan oleh Food and Agriculture Organization (FAO) menunjukkan bahwa satu meter persegi taman mikro dapat menghasilkan sekitar 100 bawang tiap empat 39 bulan, 10 kol tiap tiga bulan, sekitar 200 tomat atau 30 kg per tahun, atau 36 bonggol selada per dua bulan.


2. Sistem hidroponik

Hidroponik merupakan salah satu cara dalam penerapan urban farming dengan memanfaatkan lahan terbatas dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Hidroponik adalah menanam dengan menggunakan media air atau tenaga kerja air, sedangkan fungsi tanah untuk penyangga tanaman dan air yang merupakan pelarut nutrisi untuk kemudian di serap tanaman. Menanam dengan sistem hidroponik terbukti memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan sistem konvensional berkebun dengan tanah, antara lain menghasilkan pertanian organik yang lebih sehat, tingkat 40




pertumbuhannya lebih cepat 30–50 persen, dan hasil tanaman lebih besar . Media hidroponik dapat menggunakan sampah anorganik seperti botol bekas air mineral dan pipa paralon bekas, sedangkan untuk menyemai benih hidroponik dapat menggunakan beberapa media seperti rockwool, sekam bakar, pasir dan kain flannel.

a. Menyemai Benih Hidroponik Menggunakan Rockwool

1) Bahan – bahan yang diperlukan:

· Rockwool

· Nampan/kotak plastik

· Lidi/tusuk gigi

· Kantong plastik hitam

· Benih tanah






Gambar 11. Rockwool








Gambar 12. Cara menyemai benih dengan menggunakan rockwool





2) Cara menyemai benih:

· Potong-potong rockwool dengan ukuran 2,5 x 2,5 cm.

· Basahi rockwool dengan air, dengan cara dicipratkan atau disemprot kecil agar rockwool tidak terlalu basah/digenangi air, kemudian tempatkan di nampan atau kotak plastik bekas yang ada.

· Lubangi bagian tengah setiap rockwool dengan lidi/tusuk gigi, kirakira 2 mm.

· Masukkan benih tanaman ke dalam lubang yang sudah dibuat di atas rockwool.

· Tutup wadah dengan kantong plastik hitam dan tempatkan di tempat yang teduh atau gelap.

· Kalau sudah ada benih yang pecah (ditandai dengan munculnya calon akar dan menyembul calon daun), pindahkan wadah berisi benih tersebut di bawah sinar matahari pagi sampai siang. Kalau matahari sudah terik, cukup simpan di tempat 43 yang terang dan tidak perlu ditutup lagi oleh plastik hitam.

· Tambahkan atau semprotkan air agar rockwool tetap basah dan lembab jika dirasa media sudah kering.

· Pindahkan benih ke media hidroponik pada saat benih sudah siap tanam (tumbuh daun sejati – 4 daun), untuk mendapatkan nutrisi tambahan selain air dan sinar matahari. b. Menyemai Benih Hidroponik Menggungkan Sekam Bakar 1) Bahan-bahan yang diperlukan:

· Sekam bakar

· Baki/nampan plastik

· Air bersih dengan pH netral

· Benih




2) Cara menyemai benih:

· Taburkan arang sekam ke dalam nampan plstik secara teratur dan merata dengan ketebalan 1-2 cm.

· Tebar benih dengan jarak tebar 0,5 cm.

· Setelah bibit tersebar merata beri taburan sekam kembali untuk menutupi benih dengan ketebalan 0,5-1 cm.

· Basahi media dengan menggunakan air sampai media arang sekam terlihat lembab. Simpan di tempat yang lembab dan gelap.

· Setelah muncul kecambah pada benih, kemudian dijemur dan dikontrol kelembapan media sampai benih siap dipindahkan ke dalam instalasi hidroponik.








Gambar 13. Menyemai benih hidroponik dengan sekam bakar


c. Menyemai Benih Hidroponik Menggunakan Pasir

1) Bahan-bahan yang diperlukan:

· Pasir

· Tray semai

· Air

· Benih

· Plastik sebagai penutup tray semai





2) Cara menyemai benih:

· Siapkan tray semai, isi lubang tray semai dengan pasir yang sudah basah.

· Setelah semua tray semai penuh dengan pasir masukkan benih pada masing-masing lubang tray semai.

· Siram menggunakan air bersih secara merata.

· Tutup tray semai yang sudah berisi benih dengan menggunakan plastik dan simpan sampai benih berkecambah (biasanya akan berkecambah pada usia 2 hari).

· Jemur di sinar matahari dan jaga kelembapan media sampai benih siap pindah tanam.







Gambar 14. Menyemai benih dengan menggunakan pasir


d. Menyemai Benih Hidroponik Menggunakan Kain Flanel

1) Bahan-bahan yang diperlukan:

· Potongan kain flanel dengan ukuran 30 x 30 cm

· Benih

· Air hangat

· Wadah semai

· Rockwool ukuran 2 x 2 cm

· Nampan plastik





2) Cara menyemai benih:

· Benih direndam terlebih dahulu dengan air hangat selama 30 menit (tergantung benih dengan tingkat kekerasannya, semakin keras semakin lama perendamannya).

· Tebar benih di bagian tengah kain flanel yang sudah dibasahi dengan air dingin.

· Lipat bagian pinggir kiri dan kanan kain flanel, simpan di tempat yang lembab dan jauh dari jangkauan sinar matahari.

· Setelah benih mulai berkecambah, siapkan rockwool dan lubangi sampai kedalaman 1 cm dengan menggunakan tusuk gigi.

· Masukkan benih yang sudah berkecambah ke dalam lubang, pastikan penempatan benih tidak terbalik.

· Kemudian jemur di sinar matahari langsung dan jaga kelembapan rockwool sampai benih berdaun sejati.










Gambar 15. Menyemai benih hidroponik dengan kain flannel








e. Cara membuat hidroponik dengan botol air mineral

Berikut adalah langkah-langkah membuat media tanam dari botol air mineral dengan sistem rakit apung dan sumbu:

1) Potong botol bekas air mineral menjadi dua bagian menggunakan gunting atau cutter.

2) Panaskan paku, lalu buat beberapa lubang berdiameter 1 cm di potongan botol bagian atas maupun bawah untuk aerasi. Namun, jika pemberian nutrisi menggunakan sistem sumbu, biarkan tutup botol tetap di tempatnya, kemudian buat lubang tepat di tengahtengah tutup botol untuk memasukkan sumbu flanel.

3) Jika pemberian nutrisi menggunakan sistem apung, buka tutup botol sehingga akar menembus media tanam lalu berkembang di permukaan larutan nutrisi.

4) Masukkan potongan botol bagian atas ke potongan botol bagian bawah yang sudah diisi larutan nutrisi. 5) Masukkan media tanam ke dalam potongan botol bagian atas.








Gambar 16. Hidroponik dengan memanfaatkan botol

bekas air mineral






Gambar 17. Hidroponik dengan memanfaatkan botol bekas air mineral (horizontal)








Gambar 18. Cara membuat media tanam botol mineral


f. Membuat hidroponik dengan pipa paralon

1) Bahan dan peralatan

· Potong paralon dengan ukuran 2,5 atau 3 inchi

· Mesin bor

· Penyambung paralon berupa T dan L

· Netpot

· Sumbu atau rockwool 53
















Gambar 19. Contoh Netpot


2) Cara Membuat:

· Tentukan terlebih dahulu ukuran dan dimensi yang ingin di buat pada peralatan hidroponik (memberikan jarak yang tepat agar tumbuhan tidak merasa kesempitan pada saat tumbuh nantinya),

· Buatkan lubang dengan mesin bor pada ukuran yang telah disiapkan sebelumnya,

· Pasang sumbu dan peralatan lain yang dibutuhkan untuk menanam tanaman,

· Gabungkan paralon dengan penyambung paralon T

dan L.







Gambar 20. Tanaman hidroponik dengan pipa paralon vertikal









Gambar 21. Tanaman hidroponik dengan pipa paralon horizontal
























BAB IV

PENUTUP


A. Kesimpulan

1. Urban farming (Pertanian Perkotaan) dapat memberikan dampak positif lainnya seperti pemenuhan kebutuhan pangan keluarga dan pendapatan (circular economy).

2. Perlu dilakukan edukasi dan sosialisasi oleh berbagai pihak baik pemerintah maupun swasta yang disertai dengan pembuatan proyek percontohan.


B.Rekomendasi

Untuk membuat pelaksanaan urban farming ini menjadi masif di masyarakat, perlu dilakukan edukasi dan sosialisasi oleh berbagai pihak baik pemerintah maupun swasta yang disertai dengan pembuatan proyek percontohan.




 
 
 

Recent Posts

See All
Pedoman Penggunaan Biogro

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN BIOGRO (JAMU PENYUBUR ORGANIK UNTUK PADI) DINAS PANGAN DAN PERTANIAN KOTA CIMAHI Komplek Perkantoran...

 
 
 

Comments


Post: Blog2_Post
Post: Pro Gallery

BPP CIMAHI KOMPLEK PERKANTORAN PEMKOT CIMAHI

bottom of page